Monday, May 2, 2011

Menjadi Terang di Kabupaten Mamuju

Disini saya melayani suku Mandar dan Bugis, kedua suku yang pada awalnya membuat saya gentar dalam melayani disini sebagai seorang Kristen dokter. Hampir setiap berkenalan dengan orang baru, hal yang pertama ditanyakan adalah “ dokter agama apa?”. Dengan membawa identitas Kristen dalam diri saya, saya semakin bertekat untuk menjadi terang di kabupaten Mamuju, khususnya di desa Bambu tempat saya tinggal. Ketika saya berbuat salah, saya sadar bahwa saya tidak hanya mempermalukan diri saya sendiri, tetapi juga nama Tuhan Yesus, hal ini menjadi semangat untuk saya memberikan pelayanan yang terbaik bagi masyarakat.

Saya pergi dengan berbagai pergumulan, saya tidak pernah meninggalkan kota Bandung (kota kelahiran saya) dalam jangka waktu yang lama, saya harus meninggalkan keluarga, khususnya ayah saya yang tinggal sendirian, tetapi Puji Tuhan sampai saat ini Tuhan selalu peliharakan. Saya dan keluarga masih dapat berkomunikasi dengan baik dan malahan persaudaraan kami semakin erat dan semakin rajin saling mendoakan.

Pemerintah kabupaten Mamuju memiliki kebijakan pelayanan kesehatan gratis untuk semua orang, bukan hanya pelayanan pada jam kerja saja, tetapi juga diluar jam kerja bahkan ketika saya harus dibangunkan tengah malam untuk pergi ke rumah pasien atau merujuk pasien ke RSUD. Ya…disini saya belajar, pada masa awal pengabdian saya sebagai seorang dokter, sebagai buah sulung saya pada Tuhan, saya belajar untuk memberikan pelayanan saya pada masyarakat secara gratis karena Tuhan terlebih dahulu sudah memberikan banyak hal bagi saya juga secara gratis. Jadi saya menikmati honor murni dari pemerintah pusat dengan kategori Terpencil yang saat itu masih sekitar 1,5 jt, Puji Tuhan … saya tidak pernah merasa kekurangan, saatnya juga belajar mempraktekkan simplicity & contenment dlm kehidupan saya, apalagi dengan kondisi harga-harga barang yang cukup mahal disini. Dalam segala kesederhanaan, hidup tanpa TV, radio, koneksi internet hanya seminggu sekali saat ke gereja, tinggal sendiri dengan tempat tinggal yang seadanya, saya selalu menikmati hari-hari saya dengan rasa syukur pada Tuhan, hingga muncul suatu pernyataan dari petugas puskesmas “ dokter ko tidak pernah mengeluh ya “, hal ini membuka pembicaraan yang menarik selanjutnya dengan petugas puskesmas tersebut.

Selama menjalani PTT selama kurang lebih 9 bulan ini, Tuhan mengajarkan saya mengenai banyak hal. Setiap hari rasanya ada saja yang Tuhan ajarkan bagi saya, tapi kemudian saya berpikir, mengapa hanya saya yang bertumbuh disini, saya merasa belum melakukan banyak hal bagi masyarakat, saya belum pernah memberitakan Injil secara langsung atau terlibat dalam pelayanan gereja ( saya harus pergi ke kota untuk beribadah ), berdoa dengan pasien saja baru 1 kali saya lakukan. Saya pun sharing dengan seorang teman tentang pemikiran saya ini, hal praktis apa yang harus saya lakukan dalam pelayanan di daerah “hijau” ? Satu jawaban yang saya dapatkan bahwa hidup saya sendiri bisa menjadi berkat, seperti tekat saya semula, untuk menjadi terang. Saya percaya dalam anugerah-Nya, suatu saat mereka pun dapat mengenal Tuhan dengan cara Tuhan sendiri.


No comments:

Post a Comment